
KASUR-kasur tipis itu terserak begitu saja menutupi lantai semen kamar. Warna dan motifnya tak lagi jelas, dikalahkan debu dan daki hingga menjelma kehitaman. Di dalam kamar itulah, tak kurang dari 25 anak jalanan melepas lelah setiap malamnya. Ya, sebuah rumah singgah milik Yayasan Bahtera yang terletak tepat di samping Pasar Induk Caringin Bandung. Sungguh, memprihatinkan!.
|
Salah satu dinding kamar penuh dengan gambar-gambar. Ehm, gambar-gambar yang jelas sekali mengisahkan perjalanan hidup anak jalanan itu, episode demi episode. Anak-anak jalanan yang sedang di kejar-kejar petugas keamanan karena ketahuan mencuri.
Anak-anak jalanan yang tak bisa melepaskan diri dari kebiasaan "ngelem". Anak-anak jalanan yang sedang berada di pintu angkutan kota, meminta uang recehan kepada penumpang. Anak-anak jalanan yang sedang berdemonstrasi dan memelesetkan kata "reformasi" menjadi "repot nasi". Anak-anak jalanan yang sedang asyik bermain.
Dan, anak jalanan yang berhasil melepaskan diri dari rantai yang membelenggu kedua tangannya. Ia berteriak, "Aku Bebas!" Entahlah, apa sesungguhnya makna kata "bebas" dalam kamus anak-anak jalanan itu.
Comments